Analisis Charta Politika: Dharma-Kun Raih 10% di QC Meski Survei Cuma 5%

Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jakarta nomor urut 2, Dharma Pongrekun dan Kun Wardana, mencatatkan hasil yang mengejutkan dengan meraih 10% suara dalam hitung cepat atau quick count.

Hasil Quick Count yang Mengejutkan

negonego.com,Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jakarta nomor urut 2, Dharma Pongrekun dan Kun Wardana, mencatatkan hasil yang mengejutkan dengan meraih 10% suara dalam hitung cepat atau quick count. Ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan hasil survei sebelumnya yang menunjukkan elektabilitas Dharma-Kun hanya sebesar 5,6%. Lembaga survei Charta Politika memberikan penjelasan terkait fenomena ini.

Fenomena Pilihan Alternatif

Dadang Nurjaman, peneliti dari Charta Politika, menyatakan bahwa hasil tersebut bisa disebabkan oleh keinginan masyarakat untuk mencari figur alternatif. Menurutnya, pasangan Dharma-Kun mungkin menjadi pilihan bagi pemilih yang tidak terikat dengan koalisi partai yang ada, atau yang tidak memilih calon dari blok tertentu.

“Pasangan Dharma dan Kun Wardana ini bisa jadi pilihan alternatif, karena ada segmen pemilih yang mungkin tidak memilih kandidat dari koalisi besar seperti KIM Plus atau partai-partai yang mendukung calon lain,” ungkap Dadang.

Pengaruh Margin of Error pada Survei

Dadang juga menjelaskan bahwa hasil survei tidak selalu mencerminkan hasil akhir pemilihan. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah margin of error. Dalam survei Charta Politika, Dharma-Kun hanya meraih sekitar 5% suara, namun dengan adanya margin of error yang cukup besar, angka tersebut bisa naik lebih tinggi. “Dengan margin of error yang ada, angka 5% bisa naik menjadi sekitar 8%,” tambahnya.

Hasil Quick Count Pilkada Jakarta

Hasil quick count dari Charta Politika yang telah memasukkan 99,25% data menunjukkan perolehan suara sebagai berikut:

  1. Ridwan Kamil-Suswono: 39,32%
  2. Dharma Pongrekun-Kun Wardana: 10,6%
  3. Pramono Anung-Rano Karno: 50,08%

Pemilih yang Tidak Mencoblos

Dadang juga mengungkapkan bahwa dalam dinamika Pilkada Jakarta, ada kemungkinan bahwa sebagian pemilih lebih memilih untuk tidak mencoblos sama sekali. “Ada kemungkinan kelompok yang tidak puas dengan pilihan yang ada, memilih untuk tidak menggunakan hak pilihnya,” jelas Dadang.

Dengan hasil quick count yang lebih tinggi dari survei, fenomena ini menunjukkan bahwa pemilih Jakarta mungkin lebih memilih pilihan di luar kandidat yang didukung oleh koalisi besar, dan preferensi ini menjadi salah satu faktor yang menarik dalam dinamika pemilihan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *