BANDA ACEH, NegoNegoNews – Kasus penembakan yang mengakibatkan tewasnya seorang Warga Negara Indonesia (WNI) di perairan Tanjung Rhu, Selangor, Malaysia pada Jumat (24/1/2025), masih belum mendapatkan kejelasan. Insiden ini melibatkan enam pekerja migran Indonesia sebagai korban, termasuk dua di antaranya yang berasal dari Aceh. Menanggapi kejadian tersebut, Penjabat (Pj) Gubernur Aceh, Safrizal ZA, mengungkapkan penyesalan dan mendesak agar kasus yang menewaskan seorang pekerja migran asal Riau ini segera diusut secara tuntas.
Gubernur Aceh Menyesalkan Insiden Penembakan
“Pemerintah Aceh sangat menyesalkan jatuhnya korban jiwa dalam insiden ini,” ujar Safrizal ketika dihubungi melalui WhatsApp pada Selasa (28/1/2025). Ia juga berharap agar Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Malaysia segera mengirimkan nota diplomatik untuk menanggapi kejadian ini.
Safrizal juga meminta agar pihak berwenang Malaysia melakukan penyelidikan secara mendalam terkait penembakan tersebut, termasuk memeriksa apakah penggunaan kekuatan mematikan oleh aparat Angkatan Pertahanan Maritim Malaysia (APMM) sudah sesuai dengan prosedur yang berlaku. “Termasuk menilai apakah penggunaan kekuatan mematikan oleh aparat APMM sudah sesuai dengan prosedur,” tegasnya.
Kronologi Insiden Penembakan
Peristiwa penembakan terjadi pada pukul 03.00 WIB ketika 26 pekerja migran Indonesia (PMI) berusaha keluar dari Malaysia secara ilegal menggunakan perahu. Perahu yang mereka tumpangi terdeteksi oleh petugas keamanan Malaysia, yang kemudian memicu kejar-kejaran antara kapal patroli APMM dan para PMI.
Dalam situasi tersebut, petugas APMM diduga melepaskan tembakan secara sembarangan ke arah perahu yang berjarak sekitar 20 hingga 25 meter dari kapal patroli. Meskipun para pekerja migran berusaha melarikan diri dan bersembunyi di hutan bakau di kawasan Banting, Selangor, enam dari 26 penumpang yang berhasil melarikan diri terkena tembakan. Salah satunya dilaporkan meninggal dunia akibat luka tembak tersebut.