Tukang Kebun Ditangkap Polisi karena Menulis Grafiti di Toilet Istana Kekaisaran Jepang

Seorang pria berusia 46 tahun, yang berprofesi sebagai tukang kebun, ditangkap oleh polisi Jepang karena menulis grafiti di toilet yang berada di halaman Istana Kekaisaran Jepang.

NegoNegoNews, Jakarta – Seorang pria berusia 46 tahun, yang berprofesi sebagai tukang kebun, ditangkap oleh polisi Jepang karena menulis grafiti di toilet yang berada di halaman Istana Kekaisaran Jepang. Insiden ini terjadi menjelang acara salam Tahun Baru yang digelar oleh Kaisar Naruhito bersama keluarganya. Pria yang bernama Kobayashi Daisuke itu ditangkap dengan dugaan merusak properti milik negara.

Kobayashi, yang berasal dari Kota Zama, Prefektur Kanagawa, Jepang, dilaporkan menulis grafiti di toilet dekat aula pertemuan Hasuike, sekitar pukul 10.30 pagi pada Kamis, 2 Januari 2024. Aula tersebut terletak di rute yang dilalui oleh pengunjung yang sedang mengantre untuk menyaksikan penampilan pertama keluarga kekaisaran pada tahun baru 2025. Selain di toilet, grafiti juga ditemukan di penutup lubang got di sekitar area tersebut.

Kaisar Naruhito Menyampaikan Harapan untuk Tahun Baru

Pada saat insiden tersebut, Kaisar Naruhito bersama istrinya Permaisuri Masako dan putri tunggal mereka, Putri Aiko, sedang menyapa publik dari balkon Istana Kekaisaran di Tokyo. Begitu pula dengan mantan Permaisuri Michiko, yang baru saja menjalani operasi patah tulang paha kanan pada Oktober 2024.

Dalam kesempatan tersebut, Kaisar Naruhito menyampaikan harapannya untuk tahun yang damai. “Saya prihatin dengan banyak orang yang masih menghadapi kesulitan dalam hidup mereka,” ujar Kaisar, sambil menyoroti bencana alam yang melanda Jepang, seperti gempa bumi besar di wilayah Semenanjung Noto pada Tahun Baru 2024. “Saya berharap tahun ini akan menjadi tahun yang damai dan baik,” tambahnya, seraya mendoakan kebahagiaan bagi masyarakat Jepang dan seluruh dunia.

Kasus Vandalisme oleh Remaja Kanada di Kuil Jepang

Kasus vandalisme juga menimpa sebuah kuil bersejarah di Jepang, yang melibatkan seorang turis Kanada berusia 17 tahun. Remaja tersebut diketahui mengukir namanya di pilar kayu menggunakan paku saat berkunjung ke Kuil Toshodaiji di Nara, Jepang. Insiden tersebut terjadi pada 7 Juli 2023, dan pilar yang terukir namanya adalah bagian dari bangunan bersejarah yang berusia lebih dari 1.200 tahun.

Pejabat polisi menyebutkan bahwa seorang turis Jepang melihat aksi remaja itu dan memberitahukan staf kuil. Setelah itu, remaja tersebut dibawa untuk diinterogasi oleh pihak berwajib. Meskipun mengakui perbuatannya, remaja tersebut menyatakan bahwa tindakannya tidak bermaksud merusak budaya Jepang.

Meskipun demikian, polisi masih menyelidiki kasus ini. Jika remaja tersebut terbukti melanggar Undang-Undang Perlindungan Cagar Budaya, dia bisa diproses hukum lebih lanjut, meskipun dia tidak ditahan.

Pentingnya Melindungi Warisan Budaya Jepang

Kuil Toshodaiji dibangun pada abad ke-8 dan menjadi salah satu dari delapan situs yang diakui oleh UNESCO sebagai Situs Warisan Budaya Dunia. Kuil ini juga memiliki sejarah penting sebagai kuil pertama di Jepang yang mengajarkan salah satu aliran Buddha Tionghoa. Kerusakan pada cagar budaya seperti kuil ini tentu sangat disayangkan, mengingat nilai historis dan budaya yang dimilikinya.

Kasus Grafiti di Istana Gyeongbok, Korea Selatan

Kasus grafiti juga sempat terjadi di Istana Gyeongbok, yang terletak di pusat kota Seoul, Korea Selatan, pada Desember 2023. Kerusakan terjadi pada gerbang Yeongchumun dan tembok sekitar Istana Nasional Museum Korea. Para pelaku, yang berjumlah tiga orang, berhasil ditangkap dan akan dihadapkan pada kemungkinan hukuman penjara jika terbukti bersalah.

Menurut Cultural Heritage Administration (CHA), jika terbukti merusak situs budaya milik negara, para pelaku dapat dikenakan hukuman minimal tiga tahun penjara. CHA juga menyatakan niatnya untuk meminta kompensasi atas biaya pemulihan situs tersebut, yang diperkirakan mencapai 100 juta won (sekitar Rp1,2 miliar).

Tanggapan dari Pemerintah Korea Selatan

CHA berencana untuk menindak tegas aksi vandalisme terhadap situs-situs bersejarah. “Kami akan mengambil langkah-langkah pencegahan lebih lanjut untuk mencegah kerusakan situs warisan dan meningkatkan kesadaran masyarakat melalui edukasi dan promosi,” kata Choi Eung-chon, kepala CHA.

Dengan berbagai insiden ini, baik di Jepang maupun Korea Selatan, pentingnya menjaga dan melindungi situs-situs bersejarah semakin mendapat perhatian. Tindakan vandalisme yang merusak nilai sejarah dan budaya perlu ditangani dengan serius untuk melindungi warisan budaya dunia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *